Bunda, Rindu Ini Melangit Lagi! Cintamu padaku, Berakar di sukma Rindangnya memenuhi jiwa Sepanjang masa
"Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada kedua orang ibu bapaknya, Ibunya telah mengandungnya Dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, ...." (QS Luqman : 14)
Bunda, malam ini tiba-tiba saja aku mengingatmu dengan utuh. Gurat syahdumu, tulus senyummu bahkan gaya berceritamu di masa kecil. Tiba-tiba saja bayangan sosok anggunmu dengan sorot mata penuh cinta hadir dalam jeda yang panjang kemudian menghilang. Sedang apakah saat ini bunda? Membaca buku? Tadarus Al-Qur'an? Menonton televisi atau ah entahlah, aku tidak yakin apa yang sedang bunda kerjakan saat ini. Mungkin juga bunda tengah bersiap di peraduan. Malam sudah akan beranjak. Tidur bunda selalu awal. Itu yang kutau. Ah, semoga bunda baik-baik saja.
Bunda, mata ini sudah dari tadi berkabut. Orang-orang yang lalu lalang tak lagi aku pedulikan. Pandangan ini bahkan telah samar. Bening air mata mungkin sebentar lagi luruh. Bunda, aku takut. Bunda, betapa aku ingin menujumu detik ini juga. Merengkuh banyak kekuatan yang seringkali engkau persembahkan ketika masalah tengah menghadang. Memetik bulir-bulir kedamaian yang selalu kau hunjamkan teguh ke kedalaman jiwa. "Bunda yakin, Allah pasti memberikan jalan atas masalahmu. Allah tahu batas kemampuanmu. Ia sudah menakarnya. Kamu yang harus yakin."
Bunda, betapa bahagia jika saat ini engkau nyata di hadapanku, inginnya aku bersimpuh di pangkuan dan meneguk percik-percik pinta yang kau senandungkan sempurna kepada Allahu Rabbana. "Semoga anak bunda jadi anak yang shalih, pintar dan mendapat pendamping hidup yang shalihah", "Semoga kamu, nak, sehat dan diberikan rezeki yang berkah".
Bunda, sungguh gembira tak terkira bila kau ada di sini sekarang, hingga dengan bebas aku meminta kesediaanmu untuk membaluri jiwa dengan param hangat doa-doa ikhlasmu hingga ketenangan itu menjulang. Bunda betapa ingin ku raih itu semua sekarang juga. "Nak, jangan buat bunda cemas, hati bunda seperti belah ketika kau belum datang juga, lain kali telpon jika akan menginap", "Nak, makanlah, agar sakitmu segera sembuh, bunda tak bisa tidur melihatmu berbaring lemah, bunda cemas nak, sungguh!".
Duh bunda, aku tahu khawatir itu saat ini. Kesayangan, kebahagiaan, kecemasan hingga perasaan tanpa nama. Bunda, seperti ucapanmu bahwa do'a seorang bunda seperti tuah, seperti bisa, selalu ampuh. Maka aku memohon kepadamu, Aku sayang bunda. Sungguh. Meski aku tahu sayang ini hanya seujung kuku dari bentang cakrawala cinta terindahmu. Meski sangat nyata rindu ini hanya setitik kecil di samudera penantianmu. Meski sangat jelas, ingatan kepada bunda bukanlah apa-apa dibanding semua yang bunda lakukan. Pengorbanan, ketulusan, kasih sayang, sujud-sujud bunda, bahkan air mata kesedihan. Tak tertebus. Tanpa batas. Semoga Allah sajalah yang membalas itu semua. Surga.
Bunda, sudah berapa lama kita tidak bertemu. Rindu padamu bunda, membumbung tinggi. Bunda, perkenankan aku bersimpuh dari jauh. Dalam gundah. Dalam lelah. Di setiap detak tak tentu. Serta dalam degup yang menderu. Ingin kusampaikan untai kata ini di gendang telinga mu "Bunda, rindu ini melangit lagi!" ***