PICTURES SLIDE SHOW

Minggu, Mei 17, 2009

CAPRES CAWAPRES 2009



Post Power Syndrome
Oleh: Ali Mustofa, S.Pd.I

Selain iri, dendam, dan hasad, ada penyakit hati lain yang bersumber dari sikap sombong dan takabur, yaitu keinginan untuk selalu berkuasa. Demi kekuasaan, orang kerap terjebak dalam perdebatan dan persaingan. Ironisnya, benyak sekali yang menggunakan cara-cara tidak terpuji dan membahayakan orang lain demi menggapai kekuasaan itu.
Tentu saja ini menggelikan. Bukankah kekuasaan itu adalah amanah yang harus dilaksanakan dengan penuh iktikad baik? Bagaimana mungkin sesuatu yang sesungguhnya “berat” itu diperebutkan? “kekuasaan adalah amanah, ia hanya menjadi kesedihan dan penyesalan pada hari kiamat kecuali bagi orang yang mengambilnya dengan hak dan melaksanakan kewajibannya dengan baik,” kata Rasulullah dalam hadis riwayat Abu Hanifah.
Sebagai konsekuensi logis dari penyakit gila kekuasaan adalah timbulnya penyakit kronis baru yang disebut Post Power Syndrome, sebuah penyakit hati yang banyak menimpa para pemimpin setelah lengser dari jabatan. Efek penyakit ini nyata-nyata meresahkan semua pihak selain memberikan dampak negatif pada penderitanya. Kita doakan agar para pemimpin kita terhindar dari semua penyakit ini sehingga tidak ada lagi persaingan tidak sehat di antara mereka. Amin.
Ciri-ciri eks pemimpin yang mengidap penyakit ini adalah cenderung arogan, ingin dihormati dan diperlakukan seperti layaknya masih berkuasa, enggan menghormati pemimpin baru yang menggantikannya atau tidak mengakui kepemimpinannya, atau bahkan merongroongnya dengan berbagai tindakan anarki. Seakan dia menginginkan timbulnya imaji di tengah masyarakat bahwa kalau bukan dia yang memimpin, negara tidak aman dan rakyat selalu diliputi keresahan. Naudzubillah!
Selayaknya kita mengingatkan para pemimpin bangsa agar sedini mungkin megantisipasi timbulnya penyakit tersebut dalam jiwa, lalu meneladani kepemimpinan Rasulullah SAW dan para sahabatnya. Kita tahu bagaimana Abu Bakar dan Umar Ibn Khattab menjadi pemimpin. Mereka justru sedih memikirkan seandainya mereka tidak mampu melaksanakan tugas sebagai pemimpin, seperti perintah Allah: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya....” (QS 4:58) Wallahu `alam bisshawab.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar