Pendidikan Sebagai Investasi
Dalam manajemen pendidikan modern, salah satu dari lima fungsi pendidikan adalah fungsi teknis-ekonomis. Baik pada tataran individual maupun masyarakat. Misalnya, pendidikan dapat membantu siswa untuk mendapatkan pengetahuan dan ketrampilan yang diperlukan untuk hidup dan berkompetisi dalam ekonomi yang juga kompetitif.
Terbukti bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin tinggi pula pendapatannya. Hal itu bisa dimaklumi, bahwa orang yang berpendidikan lebih produktif ketimbang yang tidak berpendidikan. Para penganut teori human capital berpendapat, indikasi sector pendidikan yang memberi manfaat pada sector ekonomi tampak jelas dari kondisi kerja yang lebih baik, kepuasan kerja, efisiensi konsumsi, peningkatan gizi/kesejahteraan keluarga, serta kemampuan menikmati masa pensiun kerja.
Tak cukup itu, nilai balik pendidikan terhadap modal investasi ini ternyata memberikan nilai balik (rate of return) yang lebih tinggi daripada investasi fisik dibidang yang lain. Hal itu kentara dari perbandingan antara total biaya yang dikeluarkan untuk membiayai pendidikan dengan total pendapatan yang akan diperoleh setelah seseorang lulus dan memasuki dunia kerja. Di Negara-negara yang sedang berkembang, misalnya, nilai balik terhadap investasi pendidikan sebesar 20 persen dibanding investasi modal, 15 persen. Sementara di negara-negara maju nilai balik tersebut justru lebih rendah, yakni 9 persen (modal investasi) berbanding 13 persen dari investasi pendidikan. Logikanya, bahwa jumlah tenaga kerja terdidik yang terampil dan ahli di Negara berkembang relative lebih terbatas jumlahnya dibandingkan dengan kebutuhan akan itu, sehingga tingkat upah pun lebih tinggi.
Bila memakai teori human capital tersebut, investasi pendidikan, tidak harus dipahami dalam kerangka proses penciptaan lapangan kerja formal belaka, apalagi yang serba instan. Pertama dan terutama investasi pendidikan menuntut adanya penghayatan akan pentingnya penguatan basis kultur orientasi pendidikan itu sendiri. Penguatan basis kultur tersebut semakin diperlukan mengingat nilai modal manusia tidak terbatas pada fungsi ekonomi semata, tetapi mencakup fungsi-fungsi kemanusiaan dengan segala dimensi dan totalitasnya, baik fungsi sosial, kultural, politik, dan pendidikan itu sendiri.
Fungsi sosial pendidikan mengacu kepada kontribusi pendidikan terhadap perkembangan manusia dan hubungan sosial antarmasyarakat yang setara ataupun berbeda. Karena itu, pendidikan pada tingkat individual seharusnya dapat membantu siswa, baik secara psikologis, sosial, maupun fisik, untuk mengembangkan potensinya. Fungsi politik merujuk pada sumbangan pendidikan terhadap perkembangan politik yang dapat mengembangkan sikap kewarganegaraan yang baik, yang akhirnya menjadi elemen-elemen masyarakat madani. Adapun fungsi budaya, merujuk pada kontribusi pendidikan pada peralihan dan pekembangan budaya pada tingkat sosial yang berbeda, seperti kesadaran estetis, sosialisasi dengan norma, atau nilai dan kemampuan menciptakan budaya yang kondusif. Adapun fungsi pendidikan terhadap pendidikan, tak lain adalah agar mempu mengembangkan pola belajar dan mengajar yang lebih baik, yang dapat ditelaah ulang. Inilah mata rantai pendidikan, yang dari pendidikan (in-put) kemudian memberi akses (out-put), kemudian mendaur-ulang kembali (out-put & in-put).
Pendidikan (in-put)
Perubahan: Sosial-Kemanusiaan-Politik-Budaya= (out-put)
Pendidikan (out-put & in-put)
Kesemua fungsi di atas pada gilirannya mendukung tercapainya tujuan ideal pendidikan, yaitu membentuk kepribadian manusia dengan segala totalitasnya, jasmani dan rohaninya, rasa dan nalarnya, serta akal dan budi-pekertinya. Sehingga dapatlah dikatakan, pendidikan manusia meliputi semua aspek di mana apa yang didengar, dilihat, dirasakan, dialami, dan dikerjakan oleh anak didik merupakan sarana pendidikan bagi dirinya.
Terbukti bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin tinggi pula pendapatannya. Hal itu bisa dimaklumi, bahwa orang yang berpendidikan lebih produktif ketimbang yang tidak berpendidikan. Para penganut teori human capital berpendapat, indikasi sector pendidikan yang memberi manfaat pada sector ekonomi tampak jelas dari kondisi kerja yang lebih baik, kepuasan kerja, efisiensi konsumsi, peningkatan gizi/kesejahteraan keluarga, serta kemampuan menikmati masa pensiun kerja.
Tak cukup itu, nilai balik pendidikan terhadap modal investasi ini ternyata memberikan nilai balik (rate of return) yang lebih tinggi daripada investasi fisik dibidang yang lain. Hal itu kentara dari perbandingan antara total biaya yang dikeluarkan untuk membiayai pendidikan dengan total pendapatan yang akan diperoleh setelah seseorang lulus dan memasuki dunia kerja. Di Negara-negara yang sedang berkembang, misalnya, nilai balik terhadap investasi pendidikan sebesar 20 persen dibanding investasi modal, 15 persen. Sementara di negara-negara maju nilai balik tersebut justru lebih rendah, yakni 9 persen (modal investasi) berbanding 13 persen dari investasi pendidikan. Logikanya, bahwa jumlah tenaga kerja terdidik yang terampil dan ahli di Negara berkembang relative lebih terbatas jumlahnya dibandingkan dengan kebutuhan akan itu, sehingga tingkat upah pun lebih tinggi.
Bila memakai teori human capital tersebut, investasi pendidikan, tidak harus dipahami dalam kerangka proses penciptaan lapangan kerja formal belaka, apalagi yang serba instan. Pertama dan terutama investasi pendidikan menuntut adanya penghayatan akan pentingnya penguatan basis kultur orientasi pendidikan itu sendiri. Penguatan basis kultur tersebut semakin diperlukan mengingat nilai modal manusia tidak terbatas pada fungsi ekonomi semata, tetapi mencakup fungsi-fungsi kemanusiaan dengan segala dimensi dan totalitasnya, baik fungsi sosial, kultural, politik, dan pendidikan itu sendiri.
Fungsi sosial pendidikan mengacu kepada kontribusi pendidikan terhadap perkembangan manusia dan hubungan sosial antarmasyarakat yang setara ataupun berbeda. Karena itu, pendidikan pada tingkat individual seharusnya dapat membantu siswa, baik secara psikologis, sosial, maupun fisik, untuk mengembangkan potensinya. Fungsi politik merujuk pada sumbangan pendidikan terhadap perkembangan politik yang dapat mengembangkan sikap kewarganegaraan yang baik, yang akhirnya menjadi elemen-elemen masyarakat madani. Adapun fungsi budaya, merujuk pada kontribusi pendidikan pada peralihan dan pekembangan budaya pada tingkat sosial yang berbeda, seperti kesadaran estetis, sosialisasi dengan norma, atau nilai dan kemampuan menciptakan budaya yang kondusif. Adapun fungsi pendidikan terhadap pendidikan, tak lain adalah agar mempu mengembangkan pola belajar dan mengajar yang lebih baik, yang dapat ditelaah ulang. Inilah mata rantai pendidikan, yang dari pendidikan (in-put) kemudian memberi akses (out-put), kemudian mendaur-ulang kembali (out-put & in-put).
Pendidikan (in-put)
Perubahan: Sosial-Kemanusiaan-Politik-Budaya= (out-put)
Pendidikan (out-put & in-put)
Kesemua fungsi di atas pada gilirannya mendukung tercapainya tujuan ideal pendidikan, yaitu membentuk kepribadian manusia dengan segala totalitasnya, jasmani dan rohaninya, rasa dan nalarnya, serta akal dan budi-pekertinya. Sehingga dapatlah dikatakan, pendidikan manusia meliputi semua aspek di mana apa yang didengar, dilihat, dirasakan, dialami, dan dikerjakan oleh anak didik merupakan sarana pendidikan bagi dirinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar